Tugas Subnet Mask 2P43
Jumat, 01 Juni 2012
0
komentar
SUBNET MASK
Subnet mask adalah istilah teknologi informasi
dalam bahasa Inggris yang mengacu kepada angka biner
32 bit yang digunakan untuk membedakan network ID
dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah
berada di jaringan lokal
atau jaringan luar.
RFC 950
mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah
address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk
membedakan network identifier dari host identifier di dalam
sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang
didefinisikan, adalah sebagai berikut:
- Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network
identifier diset ke nilai 1.
- Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh host
identifier diset ke nilai 0.
Setiap host di dalam sebuah
jaringan yang menggunakan TCP/IP membutuhkan sebuah subnet
mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja.
Entah itu subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network
identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi
(yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus
dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.
Representasi
Subnet Mask
Ada dua metode yang dapat digunakan
untuk merepresentasikan subnet mask, yakni:
- Notasi Desimal Bertitik
- Notasi Panjang Prefiks Jaringan
Desimal
Bertitik
Sebuah subnet mask biasanya
diekspresikan di dalam notasi desimal bertitik (dotted decimal notation),
seperti halnya alamat IP. Setelah semua bit
diset sebagai bagian network identifier dan host identifier, hasil nilai 32-bit tersebut akan dikonversikan ke notasi desimal bertitik.
Perlu dicatat, bahwa meskipun direpresentasikan sebagai notasi desimal
bertitik, subnet mask bukanlah sebuah alamat IP.
Subnet mask default dibuat berdasarkan kelas-kelas alamat IP dan digunakan di dalam jaringan TCP/IP
yang tidak dibagi ke dalam beberapa subnet. Tabel di bawah ini menyebutkan
beberapa subnet mask default dengan menggunakan notasi desimal bertitik.
Formatnya adalah:
<alamat
IP www.xxx.yyy.zzz>,
<subnet mask www.xxx.yyy.zzz>
Kelas
alamat
|
Subnet
mask (biner)
|
Subnet
mask (desimal)
|
Kelas A
|
11111111.00000000.00000000.00000000
|
255.0.0.0
|
Kelas B
|
11111111.11111111.00000000.00000000
|
255.255.0.0
|
Kelas C
|
11111111.11111111.11111111.00000000
|
255.255.255.0
|
Perlu diingat, bahwa nilai subnet
mask default di atas dapat dikustomisasi oleh administrator jaringan, saat
melakukan proses pembagian jaringan (subnetting atau supernetting). Sebagai
contoh, alamat 138.96.58.0 merupakan sebuah network identifier dari kelas B
yang telah dibagi ke beberapa subnet dengan menggunakan bilangan 8-bit.
Kedelapan bit tersebut yang digunakan sebagai host identifier akan digunakan
untuk menampilkan network identifier yang telah dibagi ke dalam subnet. Subnet
yang digunakan adalah total 24 bit sisanya (255.255.255.0) yang dapat digunakan
untuk mendefinisikan custom network identifier. Network identifier yang telah
di-subnet-kan tersebut serta subnet mask yang digunakannya selanjutnya akan
ditampilkan dengan menggunakan notasi sebagai berikut:
138.96.58.0,
255.255.255.0
Representasi
panjang prefiks (prefix length) dari sebuah subnet mask
Karena bit-bit network identifier
harus selalu dipilih di dalam sebuah bentuk yang berdekatan dari bit-bit ordo
tinggi, maka ada sebuah cara yang digunakan untuk merepresentasikan sebuah
subnet mask dengan menggunakan bit yang mendefinisikan network identifier
sebagai sebuah network prefix dengan menggunakan notasi network prefix seperti
tercantum di dalam tabel di bawah ini. Notasi network prefix juga dikenal
dengan sebutan notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) yang didefinisikan
di dalam RFC
1519. Formatnya adalah sebagai berikut:
/<jumlah
bit yang digunakan sebagai network identifier>
Kelas
alamat
|
Subnet
mask (biner)
|
Subnet
mask (desimal)
|
Prefix
Length
|
Kelas A
|
11111111.00000000.00000000.00000000
|
255.0.0.0
|
/8
|
Kelas B
|
11111111.11111111.00000000.00000000
|
255.255.0.0
|
/16
|
Kelas C
|
11111111.11111111.11111111.00000000
|
255.255.255.0
|
/24
|
Sebagai contoh, network identifier
kelas B dari 138.96.0.0 yang memiliki subnet mask 255.255.0.0 dapat
direpresentasikan di dalam notasi prefix length sebagai 138.96.0.0/16.
Karena semua host yang berada di
dalam jaringan yang sama menggunakan network identifier yang sama, maka semua
host yang berada di dalam jaringan yang sama harus menggunakan network
identifier yang sama yang didefinisikan oleh subnet mask yang sama pula.
Sebagai contoh, notasi 138.23.0.0/16 tidaklah sama dengan notasi 138.23.0.0/24,
dan kedua jaringan tersebut tidak berada di dalam ruang alamat yang sama.
Network identifier 138.23.0.0/16 memiliki range alamat IP yang valid mulai dari
138.23.0.1 hingga 138.23.255.254; sedangkan network identifier 138.23.0.0/24
hanya memiliki range alamat IP yang valid mulai dari 138.23.0.1 hingga
138.23.0.254.
Menentukan
alamat Network Identifier
Untuk menentukan network identifier
dari sebuah alamat IP dengan menggunakan sebuah subnet mask tertentu, dapat
dilakukan dengan menggunakan sebuah operasi matematika, yaitu dengan
menggunakan operasi logika perbandingan AND (AND comparison). Di dalam
sebuah AND comparison, nilai dari dua hal yang diperbandingkan akan bernilai
true hanya ketika dua item tersebut bernilai true; dan menjadi false jika salah
satunya false. Dengan mengaplikasikan prinsip ini ke dalam bit-bit, nilai 1
akan didapat jika kedua bit yang diperbandingkan bernilai 1, dan nilai 0 jika
ada salah satu di antara nilai yang diperbandingkan bernilai 0.
Cara ini akan melakukan sebuah
operasi logika AND comparison dengan menggunakan 32-bit alamat IP dan dengan
32-bit subnet mask, yang dikenal dengan operasi bitwise logical AND
comparison. Hasil dari operasi bitwise alamat IP dengan subnet mask itulah
yang disebut dengan network identifier.
Contoh:
Alamat
IP 10000011 01101011 10100100 00011010
(131.107.164.026)
Subnet
Mask 11111111 11111111 11110000 00000000
(255.255.240.000)
------------------------------------------------------------------
Network
ID 10000011 01101011 10100000 00000000
(131.107.160.000)